Saya menulis artikel ini setelah membaca sebuah kisah nyata yang sangat mengenaskan dan menyayat hati. Kisah ini adalah salah satu potret kesengsaraan dan kemiskinan dari kehidupan rakyat kecil di negeri yang kaya ini. Saat membacanya membuat hati ini menjadi sangat sedih dan terharu. Kisah selengkapnya adalah sebagaimana berikut ini, seperti yang saya kutip dari salah satu situs berita nasional.
Memprihatinkan, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan nasib Riswan Nur Rokim, seorang bocah berusia 13 tahun di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Dia harus bertahan hidup dan menyekolahkan dua adiknya dengan bekerja sebagai penambang pasir.
Meski tak pernah meminta, namun warga di sekitar tempat tinggal Okim, panggilan akrab Riswan Nur Rokim, berharap pemerintah mau membantu dia dan dua adiknya. Keprihatinan atas nasib bocah yatim piatu sebenarnya sudah ditunjukkan warga Desa Bukur, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk, sejak setahun terakhir.
Betapa tidak, anak sekecil Okim harus bekerja berat menjadi penambang pasir demi kelangsungan hidup dan pendidikan adik-adiknya. Namun karena keterbatasan ekonomi, warga mengaku juga tak bisa berbuat banyak dan sesekali hanya memberi bantuan ala kadarnya.
Warga berharap, pemerintah berperan tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi, namun membantu Okim untuk menemukan kembali dunia anak-anak yang seharusnya dijalani dia dan dua adiknya.
Rasa keprihatinan warga sangat beralasan. Pasalnya Okim tidak hanya membiayai dua adiknya, namun juga menghidupi delapan saudaranya lainnya yang satu keturunan Mbah Kasti. Mbah Kasti merupakan nenek yang kini merawat dan menyediakan tempat tinggal bagi Okim.
Sayangnya, usia Mbah Kasti sudah lanjut sehingga tidak mampu bekerja. Dia hanya mengandalkan penghasilan dari Okim.
Terkenang masa kecilnya saat masih duduk di sekolah dasar, Okim mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi polisi. Namun setelah kedua orangtuanya meninggal dunia, harapan tersebut menjadi sirna dan tinggal mimpi. Saat duduk di bangku kelas 5 SD, Okim memutuskan berhenti sekolah karena sudah tidak ada yang membiayainya lagi.
Meski demikian, Okim bukan tipe anak yang ingin menerima saja bantuan orang. Dia mengaku hanya minta pekerjaan agar bisa terus membiayai dua adiknya. Dia merasa senang dan bangga bisa membiayai sekolah adik-adiknya. Okim tidak ingin kedua adiknya bernasib sama seperti dia.
Sungguh orang kecil yang berjiwa besar. Setelah membaca kisah diatas apa yang kita rasakan. Apakah turut merasa terharu atau biasa saja. Sesungguhnya diluar sana masih banyak orang-orang yang hidupnya kurang beruntung dibanding kita. Sudah selayaknyalah kita mensyukuri segala nikmat dan anugerah yang diberikan Allah kepada kita. Jika kita merasa hidup kita susah dan kurang beruntung bacalah sekali lagi kisah diatas, apakah kita merasa lebih susah dari anak itu?
Semoga kisah tersebut menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar